Selasa, 30 Agustus 2011

SEJARAH KOMIK INDONESIA (part 1)


Rahayu S. Hidayat (dalam M. Subarkah,1996) mengungkapkan bahwa keberadaan komik di Indonesia dapat ditelusuri dari cerita bergambar yang dapat ditemukan di gua-gua pedalaman Irian Jaya dan Kalimantan. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1990 : 54), disebutkan bahwa cerita bergambar ini dapat dijumpai pada rangkaian panil-panil relief pada candi Prambanan dan candi Borobudur. Pada masa yang sama muncul wayang beber, karya ini bisa juga disebut komik, sebab gambar di dalamnya berisi cerita.

Komik Indonesia menurut Marcell Boneff (1998 : 20) muncul pertama kali pada tahun 1930 di surat kabar besar Sin Po, sebuah media komunikasi Cina peranakan berbahasa Melayu. Komik ini setiap minggunya memuat cerita jenaka karya Kho Wang Gie, disusul karyanya yang populer yaitu Put On pada tahun 1931. Kepopuleran Put On mengilhami komik-komik lain yang serupa seperti Si Tolol dan Oh Koen. Setelah itu tahun 1939 muncullah komik dengan gaya lain, yaitu gaya naturalis-realis karya Nasroen A.S. Mentjari Poetri Hidjau yang dimuat dalam majalah Ratoe Timoer.

Pada periode sekitar kemerdekaan, tepatnya pada masa pendudukan Jepang, komik ikut diarahkan pada kepentingan-kepentingan penjajah. Selain komik-komik strip Jepang, ada pula komik Indonesia seperti Embol Sarinem karya Sediadi. Pada perkembangan selanjutnya, revolusi kemerdekaan mempengaruhi tema komik-komik Indonesia. Kisah Pendoedoekan Jogja karya Abdoel Salam pada tahun 1950 adalah komik Indonesia pertama yang diterbitkan dalam bentuk buku. Pada periode ini, menurut Marcell Boneff (1998 : 23), muncul komik roman Cina-Melayu yang mengisahkan pengembaraan yang bersifat kepahlawanan, serial Sie Djin Koei karya Siauw Tik Kwie yang dimuat pada majalah Star Weekly pada tanggal 20 September 1952, merupakan pelopor komik jenis roman silat. Selanjutnya mulai banyak bermunculan komik dengan jenis format buku mengikuti komik Kisah Pendoedoekan Jogja karya Abdoel Salam, dan komik dengan bentuk komik berkala atau bersambung mulai sedikit demi sedikit ditinggalkan.

Perkembangan berikut dari komik Indonesia adalah dengan mulai adanya komik-komik adaptasi dari komik luar seperti Sri Asih karya R.A. Kosasih pada tahun 1954, Putri Bintang karya John Lo, Kapten Bintang, Nina Gadis Rimba karya John Lo, Cempaka karya R.A. Kosasih, Luana karya Zam Nuldyn, dan lain-lain. Menurut Marcell Boneff (1998 : 27) pada tahun 1955, komik Indonesia mulai mengarah pada perjuangan kebudayaan dan kepribadian nasionalnya. Sehingga muncullah komik-komik wayang seperti Mahabharata dan Ramayana karya R.A. Kosasih sebagai pelopornya. Menjelang tahun 1960, tema komik mulai beralih ke cerita-cerita yang berasal dari dongeng atau legenda yang bersifat kedaerahan (1998 : 32).

Sejak jaman orde baru, komikus Indonesia harus bernaung pada organisasi seniman komik IKASTI (Ikatan Seniman Tjergamis Indonesia). Pada tahun 1966 tema-tema komik mulai mengarah ke tema roman atau percintaan (Marcell Boneff 1998 : 40). Kemudian bermunculan pula komik dengan tema silat seperti Si Djampang karya Zaidin Wahab, atau Si Buta dari Gua Hantu karya Ganes yang populer. Kemudian tahun 1980-an adalah tahun dimana dunia perkomikan di Indonesia dirajai oleh komik-komik adaptasi atau bahkan komik-komik impor terjemahan yang diambil dari Amerika seperti Tarzan, Rib Kirby, hingga Spiderman, Batman, Superman, atau The Titans.

4 komentar:

  1. Thanks infonya, persis yg saya butuhkan untuk tugas! hehe..

    BalasHapus
  2. boleh minta lanjutannya?

    BalasHapus
  3. Tentu saja..bulan ini saya upload yang PART 2. Salam kenal.

    BalasHapus